Minggu, 06 Maret 2011


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang budidaya bawang merah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Painan,    Januari 2011
i
Penulis





DAFTAR ISI


JUDUL……………………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I :

a.pendahuluan…………………………………………………………
b. Latar Belakang……………………………………………………………….
c. Rumusan Masalah……………………………………………………………
d. Tujuan Penelitian………………………………………………………….....
e.komposisi bawang merah ………………………………………………………..
f. Manfaat bawang merah …………………………………………………………….                              g. budidaya tanaman bawang merah……………………………………………….

BAB II………………………………………….
a. Kesimpulan……………………………………………………….................
b. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
















A.PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas ini. Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas ini. Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, Tegal, dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain sebenarnya berpeluang cukup besar untu pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di lahan kering. Dengan demikian bawang merah mempunyai prospek untuk dikembangkan di lahan kering. Berikut ini disampaikan syarat tumbuh dan teknik budidaya bawang merah di lahan kering.

B..LATAR BELAKANG
Salah satu mata dagangan penting bagi sebagian besar ekonomi rumah tangga Indonesia yang selalu mengalami fluktuasi harga yang relatif tinggi adalah produk pertanian tanaman pangan holtikultura sayur-sayuran, rempah-rempah yaitu bawang merang (Allium ascolanium L). Pada tingkat harga yang sangat rendah (Rp. 500/kg bawang basah ditingkat petani) setiap kali terjadi bilamana jumlah penawaran (produksi pada waktu-waktu panen besar) jauh melebihi permintaan. Sebaiknya pada tingkat harga yang relatif tinggi selalu dikaitkan dengan kondisi dimana penawaran lebih rendah dibandingkan dengan besarnya permintaan Pada kondisi seperti ini harga bawang merah di pasar enceran pernah mencapai tingkat harga sampai Rp. 80.000/kg kering. Dan sejauh harga produksi bawang merah luar negeri (misalnya Taiwan, Philipina) masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga dalam negeri maka akan terjadi impor bawang merah dikarenakan hanya untuk memenuhi permintaan dalam negeri pada kurun waktu tertentu. Dengan memperhatikan kondisi rupiah terhadap dolar Amerika seperti saat-saat ini, dapat menyebabkan impor barang primer (termasuk bawang) menjadi terasa sangat mahal. Hal ini dapat dikaitkan dengan tetap tingginya harga bawang merah impor dan harga bawang merah di pasar enceran di dalam negeri.
Pengaturan produksi dan distribusi serta pemasaran bawang merah dalam negeri menjadi sangat penting. Tujuan utama pengaturan produksi dan distribusinya tersebut adalah agar panen bawang merah dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kelebihan maupun kekurangan penawaran bawang merah. Dengan demikian harga bawang merah di pasar enceran relatifl lebih stabil dan tidak sampai jatuh sangat rendah. Salah satu upaya untuk menghindarkan fluktuasi harga bawang merah yang sangat besar tersebut dengan cara pengaturan masa produksi dan masa panen, melalui penerapan pola tanam bawang merah yang tepat dan dilaksanakan dengan penerapan pola kemitraan usaha antara Usaha Besar sebagai INTI dan para petani bawang merah sebagai peserta plasma.
Penerapan perencanaan pola tanam atau pembudidayaan bawang merah dengan pola kemitraan tersebut akan dapat dihindari total luas tanaman bawang merah yang tidak terkontrol, dan pada gilirannya dapat menyebabkan produksi bawang merah yang berlebihan. Apabila peningkatan produksi terjadi pada saat panen raya maka kehadiran pengusaha besar sebagai INTI dapat berperan sebagai pembeli tunggal dan sebagai pengusaha yang mampu menahan dan menyimpan kelebihan produksi dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian pasokan bawang merah kepasar-pasar enceran dapat diatur sehingga harga bawang merah akan relatif stabil dan pada tingkat harga yang relatif dapat dijangkau oleh daya beli masyarakat luas di satu pihak, namun di lain pihak tetap dapat memberikan imbalan pendapatan bagi petani produsen bawang merah yang wajar, sehingga semangat berproduksi para petani juga tetap terpelihara.
Keuntungan lain dari pelaksanaan pola mengembangan bawang merah dengan pola kemitraan adalah para petani plasma akan mendapat jaminan pasar dari Usaha Besar. Karena dalam pola kemitraan tersebut Usaha Besar akan diposisikan sebagai pembeli tunggal produk plasma. Di samping itu Usaha Kecil/Plasma juga akan mendapatkan bimbingan teknis budidaya bawang merah dan bimbingan teknis aspek manajemen keuangan dari usaha besarnya


C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah seluk beluk dan cara budi daya tanaman bawang merah.
D.Tujuan penelitian
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seluk beluk dan tanaman bawang merah dan cara budi dayanya.



E.KOMPOSISI BAWANG MERAH
Bawang merah merupakan jenis.sayuran yang sangat mudah ditanam dan diperbanyak. Dalam bawang merah terdapat banyak zat-zat yang diperlukan oleh tubuh seperti kalori, protein, lemak, Kalsium, dan lain-lain. Komposisi zat kimia dari bawang merah dapat dilihat sebagai berikut:
Kolori: 39 kal
Protein: 1,5 gram
Karbohidrat: 0,2 gram
Kalsium : 36 mg
Fosfor : 40
Vitamin 0,03 mg
Vitamin C 2 mg
Air 88 mg
Lemak 0,3 mg
F.MANFAAT BAWANG MERAH
        Berbagai manfaat bawang merah sebagai berikut:
  1. Minyak yang mudah menguap yang terkandung dalam a ir bawang merah berguna untuk membunuh sebagian besar mikroba staphylococci, demikian juga mikroba streptococci yang dapat menyebabkan penyakit radang pada toraks dan kerongkongan.
  2. Dapat juga membunuh mikroba diphtheria, amuba disentri dan mikroba TBC. Bawang merah benar-benar mampu menghilangkan bakteri-bakteri tersebut dalam waktu singkat.
  3. Uap bawang merah bisa digunakan untuk membersihkan luka dan dapat menyembuhkannya.
  4. Dapat mengaktifkan gerakan lambung.
  5. Mengunyah bawang merah selama beberapa menit dapat membersihkan mulut dari mikroba termasuk mikroba diphtheria.
  6. Menghirup bau bawang merah atau memakannya dapat menyebabkan minyak yang mudah menguap yang mengandung sulfat dan dapat masuk ke dalam darah manusia, yang nantinya bisa membunuh mikroba yang bisa menyebabkan penyakit.
  7. Bawang merah juga memiliki unsur yang mirip dengan hormon insulin yang dapat membantu mengurangi kadar gula dalam darah.
  8. Mengonsumsi bawang merah yang masih mentah maupun sudah masak dicampur dengan keju dapat meminimalisir terjadinya pembekuan darah.
  9. Untuk mengobati batuk rejan dan radang paru dengan menggunakan bawang merah sebagai kompres di atas dada. Jika diletakkan di atas ginjal dan kantong kemih, bisa menyembuhkan susah buang air kecil. Jika diletakkan di atas kedua telapak kaki, maka dapat menyembuhkan gangguan pada fungsi pengaturan darah. Dan jika diletakkan di atas luka, maka akan mengeluarkan nanah dan darah kotor. Cara membuat kompresan dari bawang ini adalah dengan memotong-motong bawang merah menjadi beberapa potongan kecil lalu dipanaskan. Setelah itu, diletakkan di daerah yang hendak diobati, kemudian diikat dengan kain. Lakukan penggantian perban tersebut setiap 12 jam.
  10. Potongan-potongan bawang merah bisa digunakan juga untuk mengobati kalu dan mata ikan pada kaki, yaitu dengan cara membubuhkan potongan-potongan bawang tersebut di sekitar kalu atau mata ikan pada sore hari sampai pagi hari. Ulangi hal tersebut sampai terlepasnya kalu atau mata ikan dari kaki, lalu cuci dengan air hangat dan sabun.
  11. Air bawang merah digunakan untuk pembalut pada bagian anggota tubuh yang terpotong untuk menghilangkan rasa sakit.
  12. Bawang merah apabila ditumbuk dan didihkan dengan minyak zaitun bisa digunakan untuk mengobati pecah-pecah pada puting dan wasir.
  13. Seduhan bawang merah ini dapat digunakan untuk menghilangkan cacing pada anak-anak, yaitu dengan cara menyeduh potongan-potongan bawang merah dan memasukkannya ke dalam air dan disimpan sepanjang malam, lalu pada siang hari diminumkan kepada anak setelah dicampur dengan madu. Ulangi proses tersebut setiap pagi hingga cacing benar-benar keluar seluruhnya.
  14. Bawang merah juga bisa menghilangkan cacing di lambung dan mengobati wasir dengan cara membuatnya sebagai obat pencahar dari bawang merah yang telah dipanaskan sekitar kurang lebih 3 menit dalam 1 liter air. Dalam hal ini gunakan bawang merah yang ukurannya sedang agar bisa dimasukkan ke dalam anus.
  15. Menghirup aroma bawang merah dapat mengobati rasa pusing dan pingsan. Sebab baunya sangat menusuk sehingga dapat merangsang peredaran darah dan fungsi pernapasan. Demikian juga fungsi-fungsi saraf. Dengan demikian, bawang merah dapat digunakan sebagai pertolongan pertama daripada harus menggunakan amoniak.

G.BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH

1)   Syarat Tumbuh Bawang Merah


a.      Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32 C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%,  karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007 ).
Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan, 2007 ).
b.      Tanah
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari minimum 70%. (BPPT, 2007 ).
Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan (Sudirja, 2007).

2) Penyediaan Bibit

Pada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.

3) Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar

Setelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari sebelum penanaman.
Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang tanaman dibuat setinggi umbi dengan menggunakan alat penugal. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lobang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekrup, hingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Setelah tanam dilakukan penyiraman dengan menggunakan embrat yang halus.

4) Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.

5) Pengairan

Tanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang panen.

6) Menyiangan dan Pembumbunan

Menyiang dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan kondisi umbi sampai muncul ke permukaan tanah.

7) Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, nematoda akar, bercak ungu alternaria, embun tepung, busuk leher batang, otomatis/ antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan busuk basah.
a. Hama ulat bawang (Spodoptera spp).
Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Pengendaliannya adalah : - Telur dan ulat dikumpulkan lalu dimusnahkan - Pasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha - Jika intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac.
b. Hama trip (Thrips sp.)
Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.
c. Penyakit layu Fusarium ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.
d. Penyakit otomatis atau antraknose
Gejalanya : bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.
e. Penyakit trotol (bercak ungu alternaria) ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, dll untuk membasminya.

8) Panen dan Pasca Panen

Bawang merah dipanen apabila umurnya sudah cukup tua, biasanya pada umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen, bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang merah diikat menjadi satu, kemudian bawang dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85 %), umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.

9) Kriteria Kualitas Bawang Merah

Kriteria kualitas bawang merah yang dikehendaki oleh konsumen rumah tangga adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, warna kulit merah keunguan, dan umbi kering askip. Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor) yang dikehendaki adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah muda, dan umbi kering lokal.
PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang Merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 - 7.
Untuk budidaya bawang merah, pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm.
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dengan menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
4.2.   Saran
Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun. Sudah saatnya para petani mencari alternatif untuk membudidayakan tanaman bawang merah sepanjang tahun tanpa terpengaruh musim.

DAFTAR PUSTAKA


AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007 . Teknologi budidaya Tanaman Pangan.

htpp//www.iptek.net.id/ind/tekn ologi-pangan/index.php id=244.Diakses 11 Januari 2007.

Deptan. 2007 . Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa OPT Benih Hortikultura.

______, 2007 . Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. c

Irwan, 2007. Bawang Merah dan Pestisida.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel php article-id=7849811 .
Diakses 21 Februari 2007. H U U H

Moekesan.T.K., Prabaningrum, L., dan Meitha, L.R., 2000. Penerapan PHT. Pada system Tanaman Tumpang gilir. Bawang merah dan cabai.. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Hlm 8-10, 30.

Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca panen. Kanisius, Jakarta, Hlm 18.

Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta, Hlm4.

Suhardi, 1998. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.

Semangun, H, 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Hlm. 23-27.

Wibowo, S, 1994. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm. 179.

Enni Sahrani Nst : Pengaruh Kepekatan Esktrak Daun Nimba Terhadap Penekanan Serangan (Alternaria porri (EII.CIF) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L), 2008




Tidak ada komentar:

Posting Komentar